Informasi Biografi: Biografi Erros Djarot


Biografi dan Biodata Erros Djarot

Walaupun kini telah menjadi orang partai, namun kadang-kadang ia merasa malu dengan predikat politisi itu. “Saya kadang-kadang ngga suka dengan partai, dalam pengertian yang hari ini. Saya dipanggil politisi, aduh itu rasanya rendah sekali ya, lebih bagus disebut budayawan, itu saya bisa bangga. Karena politisi kelakuannya rusak, siapa yang tidak malu jadi politisi? Tetapi ini tugas yang harus saya jalankan,” katanya.

Lalu ia bertekad harus mengubah itu. Bagaimana caranya? Antara lain, ketika seorang politisi mendapat tugas dari negara, ia harus berubah dari seorang politisi menjadi seorang negarawan. Jangan lembaga kenegaraan direduksi oleh orang-orang politik dengan sikap sempit dan membangun oligargi partai, itu berbahaya.

Jika suatu hari nanti, misalnya, semua orang memilih PNBK dan Erros harus menjadi Presiden Indonesia, ia hanya akan menjalaninya sekali saja. Setelah pensiun akan membuat film lagi, membuat musik, dan menggelar konser. Sehingga ada perasaan yang menyenangkan yaitu menjadi berguna bagi orang lain.

Memasuki dunia politik ternyata tidak berarti Erros meninggalkan yang lain, seperti kegiatan kebudayaan. Baginya, aspek kesenian dan kebudayaan sangat membantu dalam memahami makna kehidupan. Kegiatannya sebagai seniman dan budayawan masih terus berjalan, masih mengarang lagu, menulis cerpen, menulis skenario, walaupun hanya untuk dinikmati sendiri. Semua kegiatan kebudayaan itu membuatnya tidak pernah merasa sepi. Sampai-sampai waktu seminggu itu kurang baginya.

Baginya kebudayaanlah yang membuat seorang manusia lebih mengenali dirinya, mengenal apa yang di luar dirinya, dan untuk semakin memperkuat jati diri. Ia akan terus melakukan ini sampai mati, karena itu ia merasakan kebudayaan sebagai anugerah yang luar bisa dari Tuhan.

Selain sibuk di partai, Erros merupakan orang yang suka bergaul dengan berbagai kalangan termasuk LSM. Ia juga suka merancang bisnis, tetapi mengaku tidak bisa menjadi direktur utama. Jabatan yang rasanya lebih pas adalah komisaris. Sebab, ia melihat dirinya itu tidak berbakat karena tidak bisa menipu. Padahal, menurut pengamatannya, seorang bisnisman harus bisa menjilat pejabat, bisa berbohong, bisa membohongi pajak dan menutupi banyak hal. Banyak temannya yang datang meminta konsultasi bisnis, ya diberikan tanpa biaya dan tarif. Hikmahnya adalah sekarang bisa buat partai.

Ia juga banyak melakukan kegiatan sosial seperti berkunjung ke pesantren. Pengalaman yang menarik adalah ketika bertemu para Kiai dan mengobrol. Tiba-tiba kiai itu memintanya menjadi sesepuh pesantren di Cirebon, padahal ia tidak mengerti banyak tentang dunia pesantren. Di samping itu, ia juga tidak memberi sumbangan uang kepada pesantren tersebut. Namun, karena kiai itu senang dengan karya-karya tulisannya, maka hubungan mereka pun menjadi dekat.

Kegiatan lain yang masih dilakukan adalah menjalin komunikasi dengan rekan-rekan perfilman nasional.

Erros juga mengaku masih memiliki banyak impian yang belum tercapai. Terlalu banyak yang belum dicapai dalam merampungkan mimpi-mimpinya. Ia juga menganggap jabatan yang disandangnya saat ini hanya sementara.

“Bagi saya tidak pentinglah jabatan-jabatan ini semua. Pada saatnya ketika sebelum mati, saya tidak mau membayangkan dosa-dosa saya kepada rakyat. Kalau saya mati, saya telah mengerjakan pekerjaan saya yang belum selesai. Saya tak mau meninggalkan hutang, apalagi hutang kepada rakyat. Kalau saya dipanggil saya mau istirahat dengan damai. Tetapi selama saya hidup saya akan bekerja,” urainya.
Nama : Erros Djarot

Lahir:Rangkasbitung, Banten, 22 Juli 1950

Agama:Islam

Jabatan:Ketua Umum DPP PNBK (Partai Nasional Banteng Kemerdekaan)


Pendidikan:Sekolah Teknik Tinggi KOln, Jerman (Tahun 1970) Sekolah Perfilman, Inggris
Profesi:
Budayawan dan Politisi

Prestasi:Pemenang “bronze Medal” mewakili Inggris Raya dalam Lomba Photo Internasional Competition, Nikkon, 1978; Nominator Mike Burke's Award, BBC documentary Competition, 1979. Pencita lagu “Badai Pasti Berlalu" Sutradara Film “Cut Nyak Dhien Karir Bidang Perss: Pendiri Tabloid politik 'Detik' (dibredel Rezim Soeharto 21 Juni 1994),
Organisasi :Kader “barisan Banteng" sebagai fungsionaris Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI) Yogyakarta, Pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Pendiri Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Anggota Dewan Etik Indonesian Corruption Watch (ICW) Pendiri LITBANG Partai Demokrasi Indonesia (PDI) ( tahun 1983) Fungsionaris Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Pendiri dan Ketua Umum Partai Nasionalis Bung Karno (PNBK) (25 Juli 2002) Pendiri dan Ketua Umum Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK)
Alamat Kantor:
Jl. Penjernihan I/50
Telp; 5739550-51

Sumber:http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/e/erros-djarot/index.shtml

0 komentar:

Posting Komentar

My Favourite Posts

Archives